Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Engkau Sitti Nurbaya!

Sudah lama sekali aku tidak menulis, tapi kali ini rasanya tidak bisa ditahan lagi. Novel Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai yang aku selesaikan dalam seminggu terakhir sungguh memberi pengajaran yang mendalam dan membuat gatal kalau tidak dituangkan ke dalam tulisan. Selama ini yang aku ketahui dari roman Sitti Nurbaya karya agung Marah Roesli ini  dikenal sebagai simbol perkawinan paksa. Perkawinan paksa antara seorang anak gadis belia umur 16 tahun dengan Datuk Maringgih yang sudah sepuh, lalim, dan lagi tamak. Tapi.. justru nilai-nilai yang aku peroleh lebih dari itu, diantaranya bukti kasih sayang dan kepatuhan seorang anak kepada orangtuanya. Diceritakan bahwa Sitti Nurbaya sebenarnya sudah mempunyai tambatan hati, yaitu Samsulbahri. Anak laki-laki dari ayah keturunan bangsawan dan Ibu keturunan yang biasa. Nurbaya dan Samsulbahri bersahabat sejak kecil, satu sekolah, dan bahkan rumahnya bersebelahan. Sedangkan Nurbaya sendiri Ibunya sudah meninggal dunia sejak kecil dan bes