Gara-gara teroris!!
Sebenarnya kejadian ini sudah beberapa hari yang lalu, tapi tidak apalah saya ceritakan sekarang. Mumpung lagi mood nulis dan inet lumayan lancar.:)
Setelah dinyatakan lulus dari IPB, saya mulai melebarkan luas kamar dengan mengurangi barang-barang yang tidak lagi penting. Seperti buku-buku kuliah, print out slide kuliah, baju-baju yang sudah tidak dipakai dan lain-lain. Barang-barang ini ada yang langsung dibuang (kalo kertas dikiloin) dan ada yang saya paketin untuk dikirim ke Belitung.
Saya pun mulai menyusun barang-barang tersebut dalam kardus-kardus. Setelah di pilah-pilih dan disusun, ternyata barang yang dipaketin cukup banyak (sangat banyak). Satu kardus ukuran kertas A4, satu ukuran kertas F4, dan satu kardus paling besar bekas packingan laurier. Beratnya pun alang kepalang. Tapi tak apalah, daripada saya encok gotong-gotong itu barang ke Belitung?? haha
Pagi harinya saya mulai membungkus kardus-kardus tersebut. Mula-mula kardus di lakban biar kuat, lalu dibungkus dengan kertas yang warna coklat. Terakhir kardus-kardus dibungkus dengan plastik biar tidak gampang kotor dan aman kalau kena air. Oia, sebelum kardus dibungkus dengan plastik, saya menempelkan kertas yang berisi pengirim dan penerima paket. Ditotal-total butuh waktu 4 jam untuk menyelesaikan pembungkusan kardus-kardus tersebut sampai siap kirim.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.30. Whaa.. saya baru sadar kalau hari itu hari jumat dan biasanya jam kerja di hari jumat lebih pendek. Saya mulai kebingungan, bagaimana kalau kantor pos sudah tutup? sementara keberangkatan saya ke Belitung itu besoknya. Berangkatnya pun harus pagi-pagi karena penerbangan pesawatnya jam 11 pagi. Masa paketnya tidak jadi dikirim??
Saya pun bergegas mandi dan beres-beres. Jam 13.00 saya keluar kosan untuk mengecek mobil pos keliling yang biasa nangkring di dekat GWW. Begitu sampai saya langsung tanya ke pak posnya.
Saya: "Pak, masih buka kan?"
Pak pos: "Sudah tutup mba"
Saya: "Kok cepet amat pak? memang kalau jumat cuma samapai jam segini pak"
Pak pos: "Iya mba"
Saya: "Bisa dong pak, ya?" (mulai maksa)
Pak pos: "Maaf mba, tidak bisa. Sudah dipacking"
Saya: "Kalau kantor pos yang didepan masih buka ngga ya pak?"
Pak pos: "Kayaknya sih sudah tutup juga, tapi coba aja dicek"
Saya: "Oh gitu ya pak, ya sudah saya cek saja yang di depan"
Yah begitulah.. :(
Saya menimbang-nimbang, baiklah saya cukup bawa satu kardus dulu ke kantor pos depan (jauh soalnya, naik angkot 1x. Ongkos seribu).
Alhamdulillah.. kantor posnya masih buka. Saya pun menyerahkan kardus ke petugas di loket dua.
Petugas: "Apa isinya mba?"
Saya: "Buku pak" (refleks)
Petugas: "Yah, harusnya jangan dibungkus dulu mba" sambil menunjuk kertas pengumuman
Saya: "Bingung, memangnya kenapa pak?"
Petugas: "Iya itu, ada peraturan kalau barang yang mau di kirim harus diperiksa dulu"
=INTINYA DIBONGKAR!!
>> hening
Saya:"Jadi di bongkar semua Pak?"
Petugas: "Iya mba, makanya harusnya jangan dibungkus dulu. Ini lho, yang gara-gara kasus teror bom kemaren. Jadi buat jaga-jaga"
Saya: "Oh gitu ya pak (pasrah). Tapi paket saya masih ada dua lagi pak belum di bawa ke sini. Saya ambil dulu ya pak. Oia, tutupnya masih lama kan?"
Petugas: "Iya, masih sampai setengah tiga"
Saya langsung pulang lagi kekosan untuk mengambil paket yang lain. Sambil merenung dalam hati.
Pertama: Tau gini ngapain saya bungkus tuh kardus berjam-jam???
Kedua: Kalau saya tidak perlu bungkus kardus, setidaknya saya punya banyak waktu tuk ke kantor pos tanpa terburu-buru
Ketiga: Kenapa saya tidak tau peraturannya begitu??
Keempat: Ngapain sih ini teroris??
Kelima dan seterusnya: s*it!!
Singkat cerita, saya sampai di kantor pos lagi dengan 2 kardus lain. Petugas yang lain mulai beraksi menyilet-nyilet kardus saya. Ya ampun.. 4 jam yang sia-sia!!
Satu dibongkar: isinya buku
Dua dibongkar: isinya buku lagi
Tiga dibongkar: pakaian
Saya: "Aman kok pak, bukunya ga ada kabelnya kan?" hahaha
Penyilet: "Iya, yakin sih mba, kalau mahasiswa ngga mungkin. Tapi ini aturan dari atas, jadi harus diperiksa semuanya"
Saya: "Iya pak, saya mengerti" (sh*t)
Penyilet: " Kemaren itu, yang paket buku ke Ahmad Dani kan alamatnya di jalan raya dramaga. Waktu gegana cek ke sini, ternyata alamatnya itu palsu. Masa mushola?"
Saya: "Iya pak?" hahaha
Penyilet: "Harusnya polisi itu minjemin kantor pos alat deteksi metal, soalnya kan kalau beli mahal. Satunya bisa enam juta mba"
Saya: "Wha mahal juga ya pak? iya harusnya sih gitu, biar ga usah bongkar-bongkar paket"
Penyilet: "Iya, ini mending ngga rame, kalau musim wisuda coba bayangin. Pasti ngantri"
Silet menyilet selesai, ganti bungkus-membungkus lagi, lalu timbang-menimbang.
Selesai deh.
Yupz.. begitulah pengalaman pertama saya saat mengirimkan barang. Mudah-mudahan ada yang dipetik, :)
NB:
1. Teroris, please jangan aneh-aneh deh
2. Polisi pinjemin atuh pak pos alat deteksi metalnya, biar pengguna jasa seperti saya tidak dibuat repot
Setelah dinyatakan lulus dari IPB, saya mulai melebarkan luas kamar dengan mengurangi barang-barang yang tidak lagi penting. Seperti buku-buku kuliah, print out slide kuliah, baju-baju yang sudah tidak dipakai dan lain-lain. Barang-barang ini ada yang langsung dibuang (kalo kertas dikiloin) dan ada yang saya paketin untuk dikirim ke Belitung.
Saya pun mulai menyusun barang-barang tersebut dalam kardus-kardus. Setelah di pilah-pilih dan disusun, ternyata barang yang dipaketin cukup banyak (sangat banyak). Satu kardus ukuran kertas A4, satu ukuran kertas F4, dan satu kardus paling besar bekas packingan laurier. Beratnya pun alang kepalang. Tapi tak apalah, daripada saya encok gotong-gotong itu barang ke Belitung?? haha
Pagi harinya saya mulai membungkus kardus-kardus tersebut. Mula-mula kardus di lakban biar kuat, lalu dibungkus dengan kertas yang warna coklat. Terakhir kardus-kardus dibungkus dengan plastik biar tidak gampang kotor dan aman kalau kena air. Oia, sebelum kardus dibungkus dengan plastik, saya menempelkan kertas yang berisi pengirim dan penerima paket. Ditotal-total butuh waktu 4 jam untuk menyelesaikan pembungkusan kardus-kardus tersebut sampai siap kirim.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.30. Whaa.. saya baru sadar kalau hari itu hari jumat dan biasanya jam kerja di hari jumat lebih pendek. Saya mulai kebingungan, bagaimana kalau kantor pos sudah tutup? sementara keberangkatan saya ke Belitung itu besoknya. Berangkatnya pun harus pagi-pagi karena penerbangan pesawatnya jam 11 pagi. Masa paketnya tidak jadi dikirim??
Saya pun bergegas mandi dan beres-beres. Jam 13.00 saya keluar kosan untuk mengecek mobil pos keliling yang biasa nangkring di dekat GWW. Begitu sampai saya langsung tanya ke pak posnya.
Saya: "Pak, masih buka kan?"
Pak pos: "Sudah tutup mba"
Saya: "Kok cepet amat pak? memang kalau jumat cuma samapai jam segini pak"
Pak pos: "Iya mba"
Saya: "Bisa dong pak, ya?" (mulai maksa)
Pak pos: "Maaf mba, tidak bisa. Sudah dipacking"
Saya: "Kalau kantor pos yang didepan masih buka ngga ya pak?"
Pak pos: "Kayaknya sih sudah tutup juga, tapi coba aja dicek"
Saya: "Oh gitu ya pak, ya sudah saya cek saja yang di depan"
Yah begitulah.. :(
Saya menimbang-nimbang, baiklah saya cukup bawa satu kardus dulu ke kantor pos depan (jauh soalnya, naik angkot 1x. Ongkos seribu).
Alhamdulillah.. kantor posnya masih buka. Saya pun menyerahkan kardus ke petugas di loket dua.
Petugas: "Apa isinya mba?"
Saya: "Buku pak" (refleks)
Petugas: "Yah, harusnya jangan dibungkus dulu mba" sambil menunjuk kertas pengumuman
Saya: "Bingung, memangnya kenapa pak?"
Petugas: "Iya itu, ada peraturan kalau barang yang mau di kirim harus diperiksa dulu"
=INTINYA DIBONGKAR!!
>> hening
Saya:"Jadi di bongkar semua Pak?"
Petugas: "Iya mba, makanya harusnya jangan dibungkus dulu. Ini lho, yang gara-gara kasus teror bom kemaren. Jadi buat jaga-jaga"
Saya: "Oh gitu ya pak (pasrah). Tapi paket saya masih ada dua lagi pak belum di bawa ke sini. Saya ambil dulu ya pak. Oia, tutupnya masih lama kan?"
Petugas: "Iya, masih sampai setengah tiga"
Saya langsung pulang lagi kekosan untuk mengambil paket yang lain. Sambil merenung dalam hati.
Pertama: Tau gini ngapain saya bungkus tuh kardus berjam-jam???
Kedua: Kalau saya tidak perlu bungkus kardus, setidaknya saya punya banyak waktu tuk ke kantor pos tanpa terburu-buru
Ketiga: Kenapa saya tidak tau peraturannya begitu??
Keempat: Ngapain sih ini teroris??
Kelima dan seterusnya: s*it!!
Singkat cerita, saya sampai di kantor pos lagi dengan 2 kardus lain. Petugas yang lain mulai beraksi menyilet-nyilet kardus saya. Ya ampun.. 4 jam yang sia-sia!!
Satu dibongkar: isinya buku
Dua dibongkar: isinya buku lagi
Tiga dibongkar: pakaian
Saya: "Aman kok pak, bukunya ga ada kabelnya kan?" hahaha
Penyilet: "Iya, yakin sih mba, kalau mahasiswa ngga mungkin. Tapi ini aturan dari atas, jadi harus diperiksa semuanya"
Saya: "Iya pak, saya mengerti" (sh*t)
Penyilet: " Kemaren itu, yang paket buku ke Ahmad Dani kan alamatnya di jalan raya dramaga. Waktu gegana cek ke sini, ternyata alamatnya itu palsu. Masa mushola?"
Saya: "Iya pak?" hahaha
Penyilet: "Harusnya polisi itu minjemin kantor pos alat deteksi metal, soalnya kan kalau beli mahal. Satunya bisa enam juta mba"
Saya: "Wha mahal juga ya pak? iya harusnya sih gitu, biar ga usah bongkar-bongkar paket"
Penyilet: "Iya, ini mending ngga rame, kalau musim wisuda coba bayangin. Pasti ngantri"
Silet menyilet selesai, ganti bungkus-membungkus lagi, lalu timbang-menimbang.
Selesai deh.
Yupz.. begitulah pengalaman pertama saya saat mengirimkan barang. Mudah-mudahan ada yang dipetik, :)
NB:
1. Teroris, please jangan aneh-aneh deh
2. Polisi pinjemin atuh pak pos alat deteksi metalnya, biar pengguna jasa seperti saya tidak dibuat repot
Komentar
Posting Komentar