Berau Sekilas
Alhamdulillah, tanggal 24 Juni-11 Juli kemarin saya berkesempatan menapaki bumi Borneo kembali. Kali ini Borneo bagian timur, tepatnya Kabupaten Berau. Perjalanan ke Berau ditempuh melalui pesawat udara dengan transit di Bandara Sepinggan Balikpapan terlebih dahulu baru dilanjutkan menuju Bandara Kalimarau Berau. Areal kerja kami dan tim adalah di Kecamatan Tabalar, sekitar 3 jam dari Tanjung Redep, Berau. Oleh karena itu kami harus menginap dulu di Tanjung Redep untuk istirahat dan briefing tim.
Kami menginap di Hotel Mitra, hotel ini letaknya dekat dengan pusat kota Tanjung Redep dan pelabuhan Sungai Segah. Tidak jauh dari hotel terdapat tempat makan yang sangat terkenal. Untuk makan dalam jumlah pengunjung yang besar kita harus pesan tempat dulu. Tapi memang, tempat makan ini sangat recommended. menu spesialnya adalah Sop Ikan. Jenis ikan nya kita bisa memilih sendiri tergantung kesukaan, ada ikan putih, senangin, dan baronang sebagai pilihan. Sop ikan nya begitu spesial dilidah saya, rasanya yang asam segar mampu membangkitkan segala indara perasa kita, hehhee..
Setelah menginap 2 malam di Tanjung Redep, saya dan tim bergerak menuju Kecamatan Tabalar, tepatnya ke Kampung Buyung-buyung. Kampung ini terletak di pinggir sungai yang langsung bermuara ke laut. Penduduk kampung Buyung-buyung mayoritas Bugis, membuat suasana serasa bukan di Kalimantan tapi di Bone, hehe.
Hal yang sangat menyenangkan berada selama dua minggu disini adalah jamuan makannya. Ikan, udang, dan kepiting menjadi menu yang istimewa bagi kami. Wajar, di Bogor susah nemu menu seafood begini, apalagi segar dan dimasak khas Bugis. Yummy..
Saya juga berkesempatan menelusuri sungai-sungai yang membelah kawasan ini. Senang sekaligus menegangkan karena hampir seluruh sisi kiri-kanan sungai yang terlihat adalah vegetasi mangrove atau bakau. Dan menurut cerita warga setempat kawasan seperti itu banyak dihuni oleh buaya. huaa.. Tapi syukur waktu saya naik perahu boot yang sempat terlihat adalah ular sungai, sementara untuk buaya tidak sama sekali.
Kulit menghitam hal yang wajar bagi kami, walaupun sudah dicegah dengan sunblock dkk tetap saja pigmen kulit bereaksi, menghitam. Tapi semua ini terbayar dengan banyak keseruan yang terjadi selama disana. Mengenal adat masyarakat Bugis yang masih kental, walaupun bukan di negeri asalnya. Kemudian sistem bertani masyarakat yang baru beranjak, menerangkan mata saya untuk terus semangat berjuang, seperti mereka. Berjuang di negeri orang.
Semoga suatu hari nanti saya diberi kesempatan lagi untuk mengunjungi Berau, sesuai kata orang, kalau belum ke Derawan ya belum ke Berau. Mudah-mudahan.
Kami menginap di Hotel Mitra, hotel ini letaknya dekat dengan pusat kota Tanjung Redep dan pelabuhan Sungai Segah. Tidak jauh dari hotel terdapat tempat makan yang sangat terkenal. Untuk makan dalam jumlah pengunjung yang besar kita harus pesan tempat dulu. Tapi memang, tempat makan ini sangat recommended. menu spesialnya adalah Sop Ikan. Jenis ikan nya kita bisa memilih sendiri tergantung kesukaan, ada ikan putih, senangin, dan baronang sebagai pilihan. Sop ikan nya begitu spesial dilidah saya, rasanya yang asam segar mampu membangkitkan segala indara perasa kita, hehhee..
Setelah menginap 2 malam di Tanjung Redep, saya dan tim bergerak menuju Kecamatan Tabalar, tepatnya ke Kampung Buyung-buyung. Kampung ini terletak di pinggir sungai yang langsung bermuara ke laut. Penduduk kampung Buyung-buyung mayoritas Bugis, membuat suasana serasa bukan di Kalimantan tapi di Bone, hehe.
Hal yang sangat menyenangkan berada selama dua minggu disini adalah jamuan makannya. Ikan, udang, dan kepiting menjadi menu yang istimewa bagi kami. Wajar, di Bogor susah nemu menu seafood begini, apalagi segar dan dimasak khas Bugis. Yummy..
Saya juga berkesempatan menelusuri sungai-sungai yang membelah kawasan ini. Senang sekaligus menegangkan karena hampir seluruh sisi kiri-kanan sungai yang terlihat adalah vegetasi mangrove atau bakau. Dan menurut cerita warga setempat kawasan seperti itu banyak dihuni oleh buaya. huaa.. Tapi syukur waktu saya naik perahu boot yang sempat terlihat adalah ular sungai, sementara untuk buaya tidak sama sekali.
Kulit menghitam hal yang wajar bagi kami, walaupun sudah dicegah dengan sunblock dkk tetap saja pigmen kulit bereaksi, menghitam. Tapi semua ini terbayar dengan banyak keseruan yang terjadi selama disana. Mengenal adat masyarakat Bugis yang masih kental, walaupun bukan di negeri asalnya. Kemudian sistem bertani masyarakat yang baru beranjak, menerangkan mata saya untuk terus semangat berjuang, seperti mereka. Berjuang di negeri orang.
Semoga suatu hari nanti saya diberi kesempatan lagi untuk mengunjungi Berau, sesuai kata orang, kalau belum ke Derawan ya belum ke Berau. Mudah-mudahan.
wah, kampung halaman saya tuh mbak, hehe :D
BalasHapuswah iya? salam kenal ya :)
Hapussenang sekali saya pernah maen ke sana.