Berbicara tentang nama

"What's in a name, that which we call a rose by any other name would smell as sweet"

Merupakan kutipan dialog Juliet Capulet kepada Romeo Montague, bahwa nama adalah ketentuan buatan yang tidak berarti. Juliet menyatakan bahwa lelaki yang dipanggil Montague lah yang dicintainya, bukan nama Montague atau berasal dari keluarga Montague.
Cerita di atas adalah karya pujangga besar William Shakespeare.

What's in a name berarti juga bagiku, mungkin tidak bagi kalian.
Namaku hanya Dedek Kusvianti.
Menurut ibuku, nama Dedek diambil dari rengekan abangku yang ingin adiknya dinamai Dedek. Maklum abangku saat itu masih berumur empat tahun, jadi asal ngomong saja. Sedangkan Kusvianti berasal dari ide ibuku yang tiba-tiba. Dedek.. Dedek apa ya? ya sudah Dedek Kusvianti saja. Hahaha.
Sebuah nama yang kini melekat padaku tanpa perencanaan matang sebelumnya/ insidental. Dulu aku sempat protes kepada kedua orangtua ku, kenapa namaku seperti itu? soalnya ada kasus-kasus begini:

1. Kak manggilnya kakak apa kakak dedek? duh jadi bingung. kakak tapi dedek..
(Pertanyaan junior yang baru kenal denganku dan ini sering sekali terjadi. huft)
2. Kalau di absen atau dipanggil sama bukan orang Belitong, pasti manggilnya Dedek, huruf 'K' nya ditekan. Seperti kita menyebut sobek ato robek (bukan versi Jawa ya)
3. Kalau namaku ditulis orang lain pasti jadinya Dede
Oia terakhir kemarin, papan namaku ditulisin sama orang bule, dan jadinya Dhedhe. hahahaahaa
4. Trus ada juga yang bilang, Dedek ini walaupun udah gede tetap saja dipanggil dedek, haha. Yah aku ga gede-gede dong!
5. Ada yang nanya, Dede orang Sunda ya?
6. Terparah, "sodaranya mamah dedeh y"? errrrrr

Nasiiib-nasiib. Pengennya sie punya nama yang keren, berlafaz islami, atau agak feminim gitu. Misalnya Putri, Dinda, Aisyah, Izzati, Catharine, dan lainnya hahahaaa.. Sayangnya kita tidak bisa mengkreasikan nama sendiri, akta kelahiran sudah jadi bahkan saat kita belum bisa nangis pake air mata. heuheuheu.. Bisa sih dirubah asal kita sakit-sakitan setelah diberi nama atau tidak naik kelas bertahun-tahun (kasus tetangga sebelah). Katanya sie karena si anak keberatan nama. haha..

Kalau sekarang aku tidak pernah protes lagi kepada orangtua. Ya, mau gimana lagi. Rasanya tidak mungkin ibuku membuat bubur merah putih setelah nama itu kusandang hampir 22 tahun. Lagian sudah terlanjur banyak orang mengenalku dengan nama itu, khawatir kenalanku akan bingung, jika suatu saat namaku berubah jadi Elizabeth, hehehee..

Ngaco, sebenarnya sih karena ibu ku pernah bilang begini, "Kalau nama kamu berubah misalnya jadi Dina mungkin kamu tidak akan seberuntung sekarang, mungkin saja kamu akan sakit-sakitan, punya adek banyak, tinggal di kolong jembatan, ga bisa sekolah, ga bisa belanja, ga gendut (errr) dll.. " Trus aku berpikir, benar juga ya. Alhamdulillah aku bisa menjalani hidup seperti sekarang, ga kebayang jika harus jadi Dina. Hmmm

Finally, What's in a name? apapun nama yang disematkan pada kita, percayalah kedua orangtua selalu berharap yang terbaik bagi anaknya. Mungkin akan terselip sebagian doa dan pengharapan pada nama kita. Tapi percayalah, doa dan pengharapan tak terbatas hanya pada nama yang tertulis. it's bigger and higher than what we suspect!

Berbicara tentang nama, walaupun orangtua sudah susah-susah membuatkan nama untuk anaknya (tidak untuk kasusku :) ) tetap saja karena lingkungan dan pergaulan, si anak bisa dipanggil dengan nama yang berbeda. Berikut aku biasa dipanggil, silahkan pilih (lho?):

1. Dedex (panggilan teman-teman sekelas HPT)
2. Turbo (panggilan kak Reinhart dkk)
3. Ubo (panggilan mayoritas keluarga Lawalata)
4. Ubocutesz dan Obrutcare (panggilan dari diri sendiri, hhehe)
5. Obrut (panggilan ketua Deblo team)
6. Untat atau tat (panggilan dari Ibu tercinta)
7. Yang, berasal dari dayang (panggilan dari Bapak tercinta)
8. Didek (panggilan dari kakek nenek)
9. Busu/ kadang-kadang tante (panggilan Irsyad, ponakan)
10. De (panggilan teman-teman lain)
11. Kakak (jarang-jarang)

Diantara semua panggilan, aku paling suka di panggil "De" atau "Kakak". Soalnya jarang jadi terasa bedanya. hehe..
Kalau di panggil kakak (bukan kak), rasanya terharu. Aku kan tidak punya adik jadi jarang dipanggil kakak. Selain itu, kalau dipanggil kakak rasanya jadi lebih dewasa, harus mengayomi yang kecil, dan diandalkan. Lebay, hahha..

Apapun panggilan orang kepadaku, aku tetap akan seperti ini. It's not about a name, but personality.







Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Operasi Tulang Hidung Bengkok

A Long Road to Get Drivers License in NC

Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas